Batik Fraktal – Desain Batik dengan Rumus Matematika Komputer

posted in: Artikel Batik | 0

batik fraktalDesain kain batik yang indah dan geometris ternyata dapat dibuat dengan menggunakan pola rumus matematika. Dari penemuan Nancy Margried Panjaitan (32) dan dua temannya, motif batik diciptakan melalui komputer dengan sebuah software. Menggunakan program ini, Anda pun bisa memakai batik hasil desain sendiri. Desain batik dengan menggunakan komputer ini dinamail batik fraktal.

Menurut Nancy, fraktal sendiri aslinya adalah sebuah ilmu matematika yang berfokus pada pengulangan, dimensi, literasi, dan pecahan. Semua motif batik pasti mengandung unsur ini.

Proses merancang batik ini tergolong baru, sedikit sulit dan cukup panjang karena menggabungkan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi. Mereka berdiskusi dengan dosen, programmer, para ahli batik, hingga perajin batik, sampai akhirnya yakin temuan ini sah sebagai ilmu pengetahuan dan dapat dikategorikan sebagai seni. Saat ide batik fraktal tercetus, mereka mencoba menerapkannya menjadi produk kain batik.

Pada 2007 hasil riset mereka “Batik Fractal, from Traditional Art to Modern Complexity” juga lolos seleksi untuk dipresentasikan dalam ajang Committee of 10th Generative Art International Conference in Politecnico, di Milan, Italia. Terdorong untuk merealisasikan penemuan ini, pada 2009 Batik Fractal mulai dibisniskan dengan bendera Piksel Indonesia.

Karena identik dengan matematika, memang tak mudah menjelaskan konsep batik fraktal kepada konsumen dan pembatik. Imajinasi itu luas, sedangkan pemikiran terbatas. Namun menurut Nancy kehadiran batik fraktal seharusnya justru bisa mengakomodasi imajinasi pada desainer batik. Biasanya pembatik buat sketsa dulu di kain. Dengan software JBatik, hanya sekali klik pada tetikus komputer, mereka bisa memodifikasi motif bahkan membuat desain baru. Hasilnya motif makin beragam, produksi meningkat, harga bersaing, keuntungan pun makin banyak.

Batik fraktal ini juga bisa jadi batik print. Setelah pola desain jadi, dicetak di atas kain, baru dikerjakan dengan proses tradisional dengan cap atau canting. Penggunaan malam serta proses pewarnaan membuat kualitas batik fraktal tak kalah dengan batik tradisional. Motif-motif yang mereka hasilkan adalah motif batik Buketan (Pekalongan), Kangkungan (Cirebon), Parang Rusak (Yogyakarta), dan Banji, yang dipengaruhi budaya Tionghoa.

Tantangan membangun bisnis batik fraktal ini adalah modal awalnya yang tergolong minim, hanya Rp 1 juta. Tak mudah membuat batik fraktal diterima masyarakat Indonesia. Demi mengerti teknik dan proses pembuatan batik tradisional, Nancy dan teman-temannya keliling Pulau Jawa, Sumatera, dan Kalimantan dengan dana sendiri.

Jika Anda ingin mencoba software JBatik, bisa mengakses lewat website. Anda tinggal mencetak dan memproduksinya sesuai keinginan. Motif yang dimiliki tim Nancy sekitar 600 jenis. Bila rajin mengulik, satu motif batik bisa menjalar jadi ribuan varian.

Ke depan, Nancy berencana tetap fokus dalam pengembangan software agar pemakainya makin banyak hingga ke luar negeri. Selain itu, ia sedang merancang Batik Goes to School dan Batik Goes to Campus. Ia berharap Jbatik selain bisa membangkitkan kreativitas, juga bisa jadi pencetak entrepreneur. “Anak muda Indonesia jangan sampai lupa pada batik. Jangan cuma jadi pemakai, tapi juga harus jadi pelaku (pembatik),” pesannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

3 × 1 =