Lilin Malam – Bahan Batik yang Bisa Didaur Ulang

posted in: Artikel Batik | 0

Dalam proses pembuatan batik, beragam peralatan jelas merupakan hal yang penting. Tidak lupa pula bahan utama dalam proses membatik yakni lilin atau malam. Lilin atau malam digunakan untuk menembok, istilah yang artinya untuk menutupi bahan kain sehingga tidak terkena warna pada saat proses pewarnaan. Dengan demikian, lilin malam tersebut sejatinya berfungsi untuk mempertahankan warna pada kain sehingga menghasilkan pola motif yang telah dibentuk. Malam tersebut berbahan utama dari lilin lebah (bee wax) yang diambil dari sarang lebah. Setelah terbentuk dalam bongkahan, biasanya lilin tersebut dijual kepada para pemilik industry batik dan pengusaha. Malam yang telah dibeli oleh pengrajin, selanjunta diolah dengan teknik tertentu yang cenderung dirahasiakan. Maka dari itulah, banyak yang menganggap bahwa siklus dari malam sendiri memang tidak pernah berakhir. Meski demikian, pada dasarnya, lilin malam tersebut merupakan campuran dari beberapa komposisi bahan lainnya seperti : gondorukem, lilin, paraffin, kote, dan minyak. Dalam pembuatannya komposisi tersebut disesuaikan sesuai dengan kebutuhan. Pada saat melilin, malam yang digunakan sendiri memiliki karakteristik yang disesuaikan dengan motif. Mulai dari malam yang digunakan untuk klowong, malam yang digunakan untuk menembok serta malam yang digunakan untuk remukan.

Dalam prosesnya lilin malam tersebut dilekatkan kepada bahan kain guna menutupi motif. Selanjutnya lilin tersebut dijaga agar tidak mengalami retakan. Bila demikian, maka yang terjadi adalah warna akan masuk ke dalam motif dan motif yang dihasilkan memang tidak sempurna. Setelah proses membatik selesai, biasanya motif kain dilorod, istilah ini digunakan untuk proses merebus kain agar lilin yang menempel dapat luruh dan hilang. Meskipun begitu, malam yang sudah dilorot tidak serta merta dibuang begitu saja, malam tersebut dapat dimanfaatkan kembali sebagai bentuk daur ulang agar tidak mencemari lingkungan dan ekonomis. Malam yang telah dilorot umumnya akan mengambang di atas permukaan air. Hal ini dikarenakan malam tersebut memiliki massa jenis yang lebih kecil bila dibandingkan dengan air. Setelah proses pelorotan tersebut menjadi dingin, lilin yang mengambang disaring agar tidak bersatu dengan air. Bila perlu air yang ikut dapat diminimalisir. Selanjutnya, malam yang telah membeku tersebut dapat dicampur dengan BPM atau paraffin/Kendal yang merupakan bahan dari sisa pembuatan minyak goreng. Namun, tidak cukup disitu saja, bahan-bahan tersebut dapat dicampur pula dengan gondorukem yang merupakan getah pohon pinus. Namun bila hendak membuat batik dengan motif bergaris yang sangat tipis maka malam tersebut dapat juga dicampurkan dengan damar yang merupakan getah pohon merapi. Setelah dicampurkan, semua bahan tersebut dapat direbus dengan ketentuan waktu sekitar 5 hingga 7 jam. Setelah itu, cairan dapat dimasukkan kedalam cetakan dan didingingkan. Daur ulang malam siap digunakan kembali untuk membatik.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

five × 4 =