Menjaga Lingkungan dari Pencemaran Limbah Batik

posted in: Artikel Batik | 0

Meski batik mengundang decak kagum dan telah dinyatakan sebagai salah satu warisan budaya oleh UNSECO PBB. Meski demikian, ada masalah lain yang memang perlu dihadapi terkait proses pembuatan batik itu sendiri. Seperti yang telah diketahui, dalam proses pembuatan batik, selain dikenal dengan proses membatik, ada proses lain yang juga memiliki peran penting, yakni proses pewarnaan. Dalam proses ini, tidak jarang para pembatik menggunakan berbagai warna kimia yang rupanya berbahaya terhadap lingkungan bila menjadi limbah. Berbeda dengan pewarna yang sifatnya alam, pewarna kimia memiliki efek yang sangat berbahaya terhadap lingkungan jika tidak diolah dengan baik. Hal ini memang banyak terjadi di industry pembuatan batik. Tidak sedikit para pembatik yang membuang limbah warna tersebut ke tempat-tempat yang tidak semestinya, misalnya saja, ke selokan, kolam dll. Hal ini jelas akan merusak ekosistem air yang hidup di tempat-tempat tersebut. Karena dalam limbah tersebut terdapat beragam unsure kimia seperti BOD dan unsure kimia bernama B3. Unsur-unsur tersebut memang tidak dapat diuraikan oleh air dan mikroorganisme.

Sebagai contoh Pekalongan. Kota ini memang sangat terkenal sebagai Kota Batik, tak heran banyak batik dan limbah batik yang juga dihasilkan oleh Pekalongan. Dalam catatan Dinas Lingkungan, para pembatik sendiri memang kerap kali menggunakan sumur dan sungai untuk mencuci batik, akibatnya sungai dan sumur yang ada di wilayah tersebut mengalami pencemaran. Dampaknya tentunya ke warga sekitar yang tinggal di wilayah sungai tersebut. Belum lagi di kampung batik kauman yang juga merupakan salah satu wilayah penghasil batik terbesar di Solo setelah laweyan, tentu memiliki limbah batik yang jumlahnya sangat banyak. Apalagi di wilayah tersebut sistem pengairan dan drainase memang kurang bisa dikatakan baik. Melihat kondisi tersebut, banyak hal yang perlu diperhatikan oleh para pengrajin. Sehingga tidak serta merta mengejar kepentingan ekonomi, namun juga harus memikirkan aspek lingkungan. Salah satunya bisa melalui remediasi dengan membersihkan racun yang telah mencemari lingkungan. Saat inipun, pengolahan limbah sudah dapat dilakukan dengan alat bernama elektrolit berupa garam dan arus listrik. Penggnaan alat yang ditemukan oleh salah seorang Dosen kimia UII ini bisa menjadi salah satu alternative cara membuat air limbah yang semula keruh dapat kembali jernih. Kalau bukan kita yang menjaga lingkungan, siapa lagi?

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

2 × four =