Sisi Lain Kehidupan Para Pengrajin Batik

posted in: Artikel Batik | 0

Kalau sudah berbicara mengenai batik, banyak hal yang bisa dibahas, mulai dari bahan kain, cara pembuatan hingga motif apa saja yang dapat dihasilkan. Namun, lebih jauh dari itu, pernahkan kita bertanya mengenai siapa orang-oang yang melakukan pekerjaan membatik ini. Orang barangkali menyebutnya sebagai pengrajin batik. Namun,selebihnya tidak ada yang tahu mengenai sisi kehidupan para pengrajin batik. Bila ditilik dari karakteristik usia, umumnya para pengrajin batik tulis rata-rata sudah berusia paruh baya, mereka rata-rata perempuan. Terkadang mereka sendiri merupakan gabungan dari kelompok ibu-ibu yang memiliki kemampuan membatik. Umumnya mereka pun perempuan yang dikenal memiliki ketekunan dan ketelatenan dalam membatik kain batik. Meski begiti, banyak dijumpai dilapangan, pengrajin perempuan rata-rata memang hanya diberikan jatah untuk membatik saja dengan pola yang seringkali sudah ditentukan. Umumnya, motif itu sudah didesain oleh pemilik usaha ataupun desainer motif batik yang sudah dipercaya. Hal inilah yang kadang kala menjadi bentuk keterbatasan para pengrajin batik yang dalam hal ini buruh, untuk mengembangkan ide. Meski hal ini ada, namun memang tidak semuanya terjadi demikian.

Bila memiliki akses yang lebih, rata-rata perempuan pengrajin batik biasanya biasanya mendirikan sendiri sentra usaha batik dengan pengelolaan secara mandiri. Namun, bila tidak umumnya mereka menjadi buruh di disentra industry menegah dan besar. Tidak jarang pula  banyak sisi kehidupan menarik dari pengrajin batik yang tidak banyak diketahui oleh orang. Para pengrajin ini biasanya dikontrak sesuai jangka waktu tertentu oleh rumah industry. Perjanjian itu kadangkala memang tidak berbentuk surat kesepakatan melainkan berdasarkan rasa kepercayaan saja. Tidak jarang, hal ini seringkali dapat merugikan pengrajin batik itu sendiri. Maklum, diantara sekian banyak pengrajin, umumnya mereka sudah paruh baya dan jarang sekali yang memiliki riwayat pendidikan tinggi. Umumnya, mereka lulusan SD hingga SMP atau bahkan tidak bersekolah sama sekali. Terkadang yang menjadi fakta, banyak diantaranya yang juga menjadi penompang kehidupan keluarga. Mereka pun harus berbagi peran antara keluarga dan pekerjaan. Dari sisi upah, umumnya upah diberikan sesuai dengan lembaran batik tulis yang dihasilkan. Bila batik yang dihasilkan banyak, maka upah yang diterima pun banyak. Ya barangkali wajar saja, batik tulis memang mahal, toh cara pembuatannya sendiri benar-benar membutuhkan ketekunan dan kesabaran dari pengrajin sendiri. Terlebih membuat batik tulis membutuhkan waktu yang lama. Itulah sekelumit cerita dibalik kisah para pengrajin batik, meski tidak secara umum mewakili, paling tidak kita bisa tahu dan mengerti sisi kehidupan mereka hingga saat ini.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

three × two =