Tak Hanya Tulisan, Motif Batik Punya Cerita

posted in: Artikel Batik | 0

Kalau orang disuruh menulis, sudah hampir dipastikan, ia akan menulis sesuatu yang menurutnya menarik dan bisa dibaca. Sama halnya ketika seseorang membatik dan para pengrajin atau designer merancang motif batik di atas kain. Mereka pun rupa-rupanya menulis dan bercerita. Motif batik yang dihasilkan tidak hanya bentuk ukir-ukiran yang indah saja, melainkan memiliki cerita yang menarik hati. Terlebih dalam tradisi jawa, seni dan motif batik mengandung falsasah yang banyak digunakan sebagai pegangan hidup. Misalnya saja motif parang barong yang banyak digunakan dalam upacara dan kegiatan sakral. Motif ini dulunya sering digunakan oleh raja-raja karena melambangkan senjata dan kekuasaan. Bahkan dipercaya, ketika seoran ksatria menggunakan motif jenis ini, maka kekuatannya dapat bertambah besar. Ada lagi motif batik ukel yang sering digunakan oleh pihak keluarga kerajaan. Motif ini digambarkan memiliki kewibawaan yang besar. Di daerah Bengkulu misalnya, motif kaligrafi yang tergambar di batik memang tidak dapat dibaca,namun lebih dari itu, perpaduan motif batik dengan motif Raflesia misalnya mengandung makna dan simbol yang mencirikan bunga raflesia sebagai icon dari Kota Bengkulu.

Di Solo da Yogyakarta pun demikian, ada motif yang dikenal sebagai motif semen. Motif ini umumnya memiliki falsalah dalam istilah jawanya. Orang yang menggunakan motif ini biasanya memiliki harta yang melimpah lantaran dalam prosesnya memerlukan dana yang tidak sedikit karena motif yang dibuat lumayan sulit serta proses pengerjaanya pun dilakukan hingga dua kali. Tidak hanya itu saja, selain motif batik, warna yang ada pada kain batik pun rupanya mengandung makna. Warna digambarkan sebagai sarana komunikasi bagi antara si pemakain dengan seseorang yang melihatnya. Ambil contoh warna coklat misalnya, warna ini mengandung arti kesederhanaan dan dianggap dapat menimbulkan rasa rendah hati bagi si pemiliknya. Ada pula warna biru tua. Warna ini mengandung makna kelembutan, rasa welas asih dan kasih sayang dari si pemakainya. Sedangkan untuk warna putih, digambarkan sebagai warna yang menggambarkan kesucian, sifat pemaaf serta rasa ketenteraman hati dari pemiliknya. Motif batik dengan kain dasar putih ini umumnya sering digunakan oleh para pengantin. Hal ini dimaksudkan agar dalam menjalani kehidupan, si pengantin akan selalu tercurahi rasa kasih sayang. Warna lain yang tak kalah menariknya ialah hitam. Meski hitam seringkali diidentikkan sebagai warna dengan aura negative. Namun dalam batik, warna hitam justru menggambarkan rasa percaya diri, kewibawaan serta keberanian. Warna hitam dianggap pula sebagai warna perlambang sikap tenggang rasa. Tidak heran dalam motif batik, warna ini sering digunakan sebagai dasar motif keanekaragaman kehidupan. Dari sini, kita bisa belajar, bahwa cerita dari motif dan kandungan warna kain batik rupanya bertujuan agar pemakainya memiliki sifat yang sama dengan makna yang dilambangkan. Kalau zaman dulu saja bisa, kenapa sekarang tidak??

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

two + 20 =