Batik Madura Dari Masa ke Masa

posted in: Artikel Batik | 0

Batik MaduraMadura, pulau yang terkenal menghasilkan garam melimpah ini tentu tidak asing lagi di telinga kita semua. Madura merupakan salah satu pulau yang masuk dalam kawasan provinsi Jawa Timur. Letaknya sendiri berada di utara Surabaya, yang merupakan ibukota provinsi.

Mengenal Pulau Madura, tentu kita akan diingatkan dengan Jembatan yang terkenal, “Suramadu”. Namun jangan salah, Madura ternyata memiliki warisan budaya batik yang telah ada sejak turun temurun. Barangkali selama ini yang terjadi, Madura sebagai kota batik belum mencuat layaknya Kota Solo dan Yogyakarta yang selalu diidentikkan dengan batik. Di kawasan Madura seperti di Pamekasan dan beberapa wilayah Bangkalan dan Sumenep, merupakan titik sentra para pengrajin batik yang banyak menghasilkan produksi batik.

Dicatat dari sejarahnya, batik Madura sendiri memang sudah ada sejak zaman kerajaan di abad ke 16 dan 17. Saat itu diceritakan mengenai peperangan antar dua penguasa, bernama Raden Azhar dan Ke’Lesap. Diceritakan bahwa batik sendiri dipakai oleh Raden Azhar ketika berperang maupun dalam kehidupan keseharian. Sehingga, pakain tersebut, membuat penguasa itu terlihat tampak gagah dan berwibawa. Tak perlu heran, karena pada saat itu batik memang dijadikan sebagai simbol kerajaan yang memiliki nilai tinggi. Saat itu batik yang banyak digunakan oleh para pembesar kerajaan ialah motif parang atau dalam bahasa Madura sendiri disebut motif leres dengan garis melintang yang simetris. Pada saat itu pun, batik ini dengan motif ini diperkenalkan pula oleh Adipati Sumenep sendiri. Sehingga batik dengan motif parang mulai sangat popular di Madura.

Tahukah kalian keunikan batik Madura yang tidak dimiliki oleh batik di daerah lain?

Keunikannya terletak pada pemberian warna pada batik Madura yang terkenal berani. Biasanya batik yang dihasilkan bewarna lebih terang seperti merah, kuning dan hijau muda, ciri khas lainnya ialah adanya warna merah dalam motif bunga ataupun daun.

Dalam perkembangannya batik Madura saat ini sudah mulai fleksibel dan motifnya sudah kontemporer. Dari sisi perekonomian, para pengrajin batik di Madura saat ini sudah mulai mengeliat, artinya sejak diresmikannya jembatan suramadu sebagai sarana akses antar wilayah, penduduk di sekitar wilayah Pamekasan, Bangkalan, Sumenep, kerap mendistribusikan hasil produk mereka ke wilayah Jawa Timur lainnya. Bahkan pemkab Pamekasan sendiri telah menetapkan Desa Banyumas Klampar sebagai salah satu desa batik yang layak di kunjungi tatkala kita berkunjung ke Pulau yang terkenal dengan satenya itu. Bahkan siapa sangka, bahwa daerah tersebut telah ditetapkan pula sebagai pasar batik terbesar di dunia dilihat dari jumlah pedagang batik yang berjualan batik disana. Dari hal ini tentu kita tidak meragukan lagi bukan, bahwa negara kita sangat kaya dengan nilai budaya dan tradisi yang perlu kita junjung tinggi. Lagi-lagi tak bosannya didengungkan, kalo bukan kita, siapa lagi yang bisa melestarikannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

20 − 3 =